Makalah
“Bank
Sentaral “
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Moneter
Yang Dibimbing oleh : Dra. Yulita
Pujiharti, M.Kes
Disusun Oleh :
Muhammad Ardi Abdillah
IKIP
BUDI UTOMO MALANG
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KEWIRAUSAHAAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.
KATA
PENGANTAR
Bank sentral
memiliki peran yang strategis dalam mendukung perkembangan perekonomian suatu
negara. Hal ini mengingat tugas-tugas bank sentral pada umumnya mencakup
perumusan-perumusan kebijakan moneter dan pengaturan dan pengawasan perbankkan
dan melaksanakan sistem pembayaran.
Dengan tugas ini
kebijakan yang ditempuh bank sentral berpengaruh langsung terhadap peredaran
uang dan suku bunga dalam perekonomian, operasi dan perbankan, yang pada
giliranya mempengaruhi tidaknya perkembangan sektor keuangan tetapi juga
ekonomi, inflasi dan kesejateraan masyarakat.
2.
RUMUSAN
MASALAH
a. Devinisi
bank sentral
b. Tujuan
dan tugas pokok bank sentral
c. Tugas
– tugas bank sentral
d. Kebijakan
- kebijakan bank sentral
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Bank Setral
Bank sentaral
adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga sstabilitas harga
atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini
dikenal dengan inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunya
satu nilai mata uang. Bank sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan
dan selalu berada pada nilai yang serandah mungkin atau pada posisi yang
obtimal bagi perekonomian, dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang.
Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan
menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.
Secara umum,
Bank Setral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian,
terutama dibidang moneter, keuangan, dan perbankan.Peran tersebut tercemin pada
tugas-tugas utama yang dimiliki oleh Bank Setral, yaitu menetapakan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank, serta menjaga
kelancaran system pembayaran. Tugas utama tersebut tidak selalu sama antara
bank setral dengan bank setral lainnya. Misalnya, terdapat bank setral yang
bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta menjaga kelancaran
system pembayaran, sementra terdapat juga bank setral lain yang hanya bertugas
menetapakan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas utama pada umumnya
dimiliki oleh bank setral tersebut, juga bank Indonesia selaku bank setral
Republika Indonesia.
B.
Tujuan
dan tugas pokok bank Indonesia.
Tujuan dan tugas
bank Indonesia sebagai bank setral Republik Indonesia diatur secara jelas dalam
UU No. 23 tahun 1999 tentang bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan uu
No. 3 tahun 2004.
Tujuan
Tujuan
Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam undang –undang tersebut
adalah kestabilan nilai rupaiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata
uang Negara lain.Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan
atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap
mata uang Negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang Negara lain.
Kestabilan
nilai rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Kenaikan harga-harga
(inflasi) yang tinggi dan terus menerus akan menurunkan daya beli masyarakat,
khususnya mempunyai pendapatan tetap, sehingga tingkat kesejahtraannya menurun.
Demikian pula, nilai tukar rupiah yang terus melemah, meskipun mungkin dapat
meningkatkan pendapatan Neto dari perdagangan luar negeri, akan meningkatkan
harga-harga didalam negeri,
khususnya barang dan jasa yang harus diimpor dari luar negeri. Lebih dari,
ketidak kestabilan inflasi dan nilai tukar rupiah menyebakan dunia usaha dan
para pelaku ekonomi akan mengalami kesulitan dalam menyusun perencanaan
usahanya. Pada akhirnya, hal ini akan mengakibatkan fluktuasi perkembangan
ekonomi secara keseluruhan akan yang berakibat buruk pada kesejahtraan masyarakat.
Penetapan
tujuan tunggal pemeliharaan stabilitas nilai rupiah dalam undang-undang seperti
diatas menjadikan saran-saran yang harus dicapai dan batas tanggung jawab Bank
Indonesia akan semakin jelas dan terfokus. Meskipun tujuan utamakan pada
stabilitas nilai rupiah, hal ini tidak berarti bahwa Bank Indonesia tidak
mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keuangan secara keseluruhan.Dalam
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk
menyeimbangkan kondisi ekonomi internal, khususnya keseimbangan antara
permintaan dan penawaran agregat, dengan kondisi ekonomi eksternal yang
tercermin pada kinerja neraca pembayaran.Perwujudan keseimbangan internal
adalah terjaganya inflasi pada tingkat yang rendah, sementara dari sisi
eksternal adalah terjaganya nilai tukar rupiah pada tingkat perkembangan yang
cukup kuat dan stabil.Untuk itu, bank Indonesia harus mempertimbangkan dalam
melakukan kordinasi dengan pemerintah agar kebijakan ditempuhnya sejalan dan
saling mendukung dengan kebijakan fiscal dan ekonomi lainnya.
Tugas
Untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, sesuai Undang –undang Bank Indonesia mempunyai 3
tugas, yaitu:
1). Menetapakan dan
melaksanakan kebijakan moneter
2). Mengatur dan
menjaga kelancaran system pembayaran, dan
3). Mengatur dan
mengawasi Bank.
Pelaksanaan
ketiga tugas diatas mempunyai keterkaitan dan karenanya harus dilakukan secara
saling mendukung guna tercapainya tujuan bank Indonesia secra efektif dan
efisien (baca gambar 2). Tugas menetapakan dan melaksanakan kebijakan moneter
dilakukan Bank Indonesia antara lain melalui pengedalian jumlah uang beredar
dan suku bunga dalam perekonomian. Efektifitas pelaksanaan tugas ini memerlukan
dukungan system pembayaran yang efesien, cepat, aman, dan andalan yang
merupakan sasaran dari pelaksaan tugas mengatur dan menjaga kelancaran system
pembayaran.System pembayaran yang efesien, cepat aman, dan andalan tersebut
memerlukan sitem perbankan yang sehat yang memerlukan sasaran tugas yang
mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, system perbankan yang sehat, selain
mendukung kinerja system pembayaran, akan mendukung mengendalian moneter
pengingat pelaksaan kebijakan moneter dan efektifitasnya dalam mempengaruhi
kegiatan ekonomi riil dan mencapai stabilitas nilai rupiah terutama
berlangsung melalui system perbankan. Dengan keterkaiatan pelaksaan ketiga
tugas secara
saling mendukung tersebut, maka pencapaian tujuan bank Indonesia yang berhasil
dan baik.
Mencapai
dan memelihara kesetabilan nilai rupiah
|
![]() |
![]() |
![]() |
C.
Tugas
Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Pada
dasarnya,kebijakan moneter yang ditempuh oleh otoritas moneter merupakan salah
satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro dan berpengaruh besar terhadap berbagai
aktifitas ekonomi dan keuangan yang dilakukan masyarakat. Sejalan dengan itu,
amandemen UU No.3 Tahun 2004 menekankan agar kebijakan moneter Bank Indonesia
dilaksanakan secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus
mempertimbangkan kebijakan umum Pemerintah dibidang perekonomian. Ketentuan ini
dimasukan agar kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia dapat
dijadikan acuan yang pasti dan jelas bagi dunia usaha masyarakat lainnya.
Disamping itu, hal tersebut juga dimasukan agar kebijakan moneter Bank
Indonesia sudah mempertimbangkan dan dikordinasikan secara baik dengan
kebijakkan fiscal dan kebijakan ekonomi lainnya yang ditempuh oleh pemerintah
sehingga mampu menciptakan kondisi ekonomi makro yang baik, seperti stabilitas
harga, pertumbuhan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
Dalam rangka
melaksanakan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakkan moneter tersebut,
Bank Indonesia diberi kewenanganpenuh
untuk menetapakan sasaran –sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran
lajur inflasi dan untuk melakukan pengedalian moneter dengan menggunakan
berbagai instrumen kebijakan moneter. Dalam kaitan ini, sesuai dengan UU No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
Tahun 2004, sasaran laju inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter yang semulah
ditetapkan oleh Bank Indonesia telah diubah menjadi ditetapkan oleh pemerintah
setelah berkoordinasi debgan Bank indonnesia. Perubahan ini dimaksudkan untuk
semakin meningkatkan koordinasi antara kebijakan moneter Bank Indonesia dengan
kebijakan fiscal dan ekonomi lainnya yang ditempuh Pemerintah dalam mencapai
sasaran ekonomi makro.Disamping itu, perubahan tersebut dimaksudkan pula untuk
memperkuat komitmen dan dukungan Pemerintah dalam pencampaian sasaran inflasi
oleh Bank Indonesia.
Untuk mencapai
sasaran inflasi yang telah ditetapkan, Bank Indonesia menentukan
sasaran-sasaran moneter yang dapat berupa besaran moneter dan atau sku bunga
sesuai dengan perkembangan dan arah pergerakan ekonomi dan keuangan
kedepan.Sasaran-sasaran moneter terebut dicapai melalui pengedalian moneter
yang dilalukan Bank Indonesia dengan menggunakan berbagai instrumen moneter
yang umum dipakai oleh Bank setral. Instrumen moneter yang saat ini digunakan
oleh Bank Indonesia adalah instrument tidak langsung yang meliputi operasi
pasar terbuka, fasilitas diskonto, penetapan giro wajib minimum, dan imbauan,
yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara bersama –sama atau
sendiri-sendiri. Sementara itu, instrument langsung yang pernah digunakan
seperti penetapan pagu kredit dan penetapan suku bunga tidak dilakukan lagi
mengingat instrument tersebut kurang efektif dan tidak berorietasi pasar.
Agar pelaksanaan
kebijakan moneter dapat secara efektif mencapai sasaran inflasi yang telah
ditetapakan, maka harus dihindari penciptaan uang beredar yang dipengaruhi oleh
factor-faktor diluar pertimbangan moneter.Pengalam dimasa orde lama maupun
selama masa krisis menunjukkan bahwa penggunaan kebijakan moneter untuk
membiayai pengeluaran pemerintah telah berdampak buruk pada peningkatan laju
inflasi dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Sejalan dengan itu,
berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 ditetapkan bahwa Bank Indonesia dilarang
memberikan pinjaman kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran APBN baik
secara langsung mauppun melalui pembelian surat utang Negara. Sesuai dengan
amandemen UU No. Tahun 2004, pengecualian diperkenankan kepada Bank Indonesia
untuk membeli surat utang Negara guna pendanaan fasilitas pembiayaan darurat
yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi kesulitan perbankan yang
berdampak sistemik pada seluruh system keuangan dan perekonomian.
Selanjutnya,
pelaksanaan kebijakan moneter tidak dapat dilepaskan dari system devisa yang
ditetapkan. Dalam hal system nilai tukar, sejak 14 Agustus 1997 pemerintah
menetapkan system nilai tukar yang dianut adalah system nilai tukar mengambang
dan Bank Indonesia melaksanakan kebijakan berdasarkan system nilai tukar yang
telah ditetapkan. Pada system mengambang, pergerakan nilai tukar rupiah
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran valuta asing dipasar.Dalam
hubungan ini kebijakan nilai tukar yang ditempuh oleh Bank Indonesia berupa
intervensi di pasar valuta asing dimaksudkan agar pergerakan nilai tukar
dipasar dapat berlangsung stabil.Intervensi valuta asing dimaksud tidak
diarahkan untuk mencapai suatu tingkat atau kisaran nilai tukar rupiah
tertentu.
Di samping itu, stabilitasi nilai tukar
rupiah sangat penting agar pengaruh nilai tukar terhadap kenaikan harga-harga
khususnya harga barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri, dapat terkendali
sehingga mendukung upaya pencapaian sasaran inflasi.
Pelaksanaan
kebijakan moneter juga tidak dapat dilepaskan dari system devisa yang dianut.
Dalam hal ini, pemilihan system devisa oleh suatu Negara akan tergantung pada
kondisi Negara yang bersangkutan, khususnya keterbukaan ingin mengintergrasikan
ekonominya ekonomi global. Untuk Indonesia, sesuai UU No. 24 Tahun 1999 tentang
Lalu Lintas Devisa dan nilai tukar dianut system devisa bebas, yang berarti
masyarakat dapat secara bebas memperoleh dan menggunakan devisa. Akan tetapi,
agar Lalu Lintas devisa tersebut dapat mendukung pembangunan ekonomi dan tidak
menyulitkan pelaksanaan kebijakan moneter, maka sesuai UU dimaksud Bank
Inndonesia diberi wewenangan untuk melakukan monitoring lalu lintas devisa
tersebut dan memantau perkembangan yang terjadi.
D.
Tugas
Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
System
pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal diperlakukan untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan moneter yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal
tersebut, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran system pembayaran yaitu dengan:
a. Menetapkan
penggunaan alat pembayaran,dan
b. Mengatur
penyelenggaraan jasa system pembayaran.
a). Kewenangan
Menetapkan Penggunaan Alat Pembayaran
Secara umum,
terdapat dua jenis alat pembayaran, yaitu alat pembayaran tunai (uang kertas dan
logam) dan nontunai (berbasis warkat, seperti cek, bilyet giro dan wesel maupun
berbasis elektronik, seperti kartu kredit dan ATM). Untuk kelancaran sistem
pembayaran, di perlukan pengaturan mengenai penggunaan kedua alat pembayaran
tersebut.Kewenangan
Bank Indonesia dalam menetapkan penggunaan alat pembayaran tunai meliputi
mengeluarkan, mengedarkan, menarik, danmemusnahkan uang rupiah,termasuk
menetapkan macam, harga,ciri uang,bahan yang digunakan,serta tanggal mulai
berlakunya. Untuk itu,Bank Indonesia senantiasa berupaya menjamin ketersediaan
uang di masyarakat dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang memadai. Sementara
itu untuk alat pembayaran nontunai Bank Indonesia berwenang menetapkan bentuk,
keapsahan,maupun keamanan penggunaannya, dalam berbagai transaksi ekonomi dan
keuangan. Hal ini di tujukan untuk menyakinkan bahwa seluruh alat pembayaran
yang dipergunakan termasuk pengoperasiannya dilakukan secara aman serta
dikelola dan dimonitor secara baik
b). Kewenangan
mengatur dan menyelenggarakan sistem pembayaran
Pengaturan
diperlukan untuk menjamin kelancaran dan keamanan sistem pembayaran . Terkait
dengan itu, Bank Indonesia berwenang menyelenggarakan sendiri sitem pembayaran
atau memberi izin kepada pihak lain untuk menyelenggarakan jasa sistem pembayaran
dengan kewajiban menyampaikan laporan kegiatannya kepada Bank Indonesia.
Disamping itu, Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring dan
menyelenggarakan kliring antarbank, serta menyelenggarakan penyelesaian akhir
(setelmen) transaksi pembayaran antabank, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing.
E.
Tugas
Mengatur dan Mengawasi Bank
Tugas mengatur
dan mengawasi Bank penting tidak saja untuk mendukung kelancaran sistem
pembayaran, tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam
mempengaruhi perkembangan ekonomi dan inflasi. Hal itu mengingat lembaga
perbankan berfungsi sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam mobilisasi
dana dan penyaluran kredit perbankan (fungsi intermediasi) maupun dalam
peredaran uang didalam perekonomian.
Berdasarkan
Undang-Undang, kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank
meliputi:
1. Memberikan
dan mencabut izin atas kelembangaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank
2. Menetapkan
peraturan dibidang perbankan
3. Melakukan
pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
4. Mengenakan
sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundagan.
Keempat
kewenangan tersebut merupakan satu kesatuan dalam mendukung terciptanya sistem
perbankan yang sehat, kuat, dan efisien. Ketentuan perizinan ditujukan untuk
menyakinkan bahwa bank yang di perbolehkan beroperasi mempunyai modal yang
cukup dan dikelola oleh pengurus bank yang kompeten dan mempunyai
integritas yang tinggi. Ketentuan
kehati-hatian bank ditujukan untuk memberikan rambu-rambu yang harus di patuhi
oleh pengurus bank sesuai standar yang berlaku secara internasional. Sementara
itu, pengawasan bank diarahkan untuk meyakinkan bahwa rambu-rambu kehati-hatian
tersebut dipatuhi oleh pengurus bank.Apabila suatu bank melakukan pelanggaran
atau bahkan memberikan sanksi baik secara administrasi ataupun bahkan mencabut
izin usaha bank yang bersangkutan.
F.
Gambaran
Umum Kebijakan Moneter Bank Sentral
Kebijakan
moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk
pengendalian besaran moneter atau suku bunga untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan. Dalam praktek, perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan tersebut adalah terjangan stabilitas ekonomi makro
yang dicerminkan oleh stabilitas harga (rendanya laju inflasi), membaiknya
perkembangan outputriil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya
lapangan/kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter yang disebut diatas
merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro, yang pada umumnya
dilakukan dengan pertimbangan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu
negara tertutup atau terbuka, serta faktor-faktor fundamental ekonomi
lainmnya.dalam pelaksanaannya,strategi kebijakan moneter dilakukan berbeda-beddari
suatu negara dengan negara lain,sesuai dengan tujuan yang diingin dicapai dan
rekanisme transmisi yang diyakini berlaku pada perekonomian yang bersangkutan.
Berdasarkan strategi dan trasmisi yang dipilih,maka dirumuskan kerangka
kebijakan moneter.
1.
Kebijakan
Moneter Dan Sirkulasi Kegiatan Ekonomi
Perkembangan
ekonomi suatu negara tertentu mengalami pasang surut (sirkulasi) yang pada
perio tertentu perekonomian tumbuh pesat dan pada periode lain tumbuh lambat
untuk mengelola dan mempengarui perkembangan perokonomian agar dapat
berlangsung dengan baik dan stabil,pemerintah dan otoritas moneter biasanya
melakukan langka-langka yang dikenal denagn kebijakan stabilisasi ekonomi
makro. Itinya dri kebijakan tersebut pada dsarnya adalah mengelola sisi permintaan
dpenawaran suatu perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan . kebijakan moneter sebagai
salah satu dari kebijakan ekonomi makro pada umumnya diterapkan sejalan dengan
sirkulasi kegiatan ekonomi. Alam hal ini kebijakan moneter yang diterapkan pada
kondisi ketika perekonomian sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat
tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan pada saat perekonomian
sedang melambat. Dalam literatur di kenal 2 jenis kebijakan an kebijakan
moneter kontraktif. Kebijakan moneter expransif adalah kebijakan moneter yang
ditunjukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui
penigkatan jumlah uanguntuk memperlambat kegiatan ekonomi, yang diantara lain
dilalkukan melalui penurunan jumlah uang
beredar. Terlepas dari perbedaan sudut pandang diatas umumnya kalangan
praktisi maupun akademisi meyakini bahwa
dalam jangka pendek kebijakan moneter ekspansi dapat mendorong kegiatan ekonomi
yang sedang mengalami resesi yang berkepanjangan. Sebaliknya moneter kontraktif
dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan
perekonomian sedang mengalami boom.
2.
Kebijakan
Moneter Dan Kebijakan Ekonomi Makro Lain
Penerapan
kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dengan penerapan
kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal kebijakan sektor
riil, dan lain- lain. Hal ini terutama mengingat perkembangan ekonomi dan harga
– harga ditentukan oleh perkembangan pada sisi permintaan dan sisi penawaran.
Sementara itu, pengaruh sisi penawaran dari perkembangan ekonomi dan harga
banyak ditentukan oleh kebijakan sektor riil, seperti industri, perdagangan , investasi , tenaga kerja
dan teknologi. Dengan demikian untuk mencapai tujuan kebijakan ekonomi makro
secara optimal, biasanya diterapkan policy mix ‘ bauran kebijakan’ yang
terkoordinir antara satu kebijakan dengan kebijakan lain.
Pengertian
optimal di sisi adalah pelaksanaan antar kebijakan dapat dikoordinasikan dengan
baik dengan sehingga tidak dapat menimbulkan dampak yang bertentangan satu sama
lainbagi pencapaian tujuan kebijakan ekonomi makro secara keseluruan. Salah
satu contoh penerapan bauran kebijakan
yang banyak dikenal adalah bauran kebijakan moneter-fiskal. Apabila
perekonomian mengalami resensi berkepanjangan, kebijakan moneter dan fiskal
yang sama-sama ekspansif dan koordinasinya secara tepat dapat mendorong
kegiataan ekonomi dengan ppengaruh yang moderat pada perkembangan inflasi.
Disisi lain, apabila perekonomia mengalami pertumbuhan yang terlalu cepat
dengan kecendrungan harga-harga yang meningkat, kebijakan moneter dan fiskal
yang sama-sama kontraktif dan koordinir akan bermanfaat bagi upaya untuk
mengurangi laju ekspansi kegiatan
perekonomian tersebut.
3.
Kebijakan
Moneter Dalam Perekonomian Terbuka
Dalam era
perekonomian global, interaksi ekonomi antar negara merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan ekonomi suatu
negara yang semakin terbuka. Dengan semakin besarnya keterkaitan antar negara,
maka semakin terbuka pula perekonomian negara yang bersangkutan, seperti
tercermin pada peningkatan transaksi perdagangan dan arus dana antar negara.
Sebuah negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa tertentu dari
pruduksidi dalam negeri dapt mengimpor barang dan jasa tersebut dari negara
lain. Pendanaan investasi pada suatu negara tidak hanya terbatas pada kredit
perbankan maupun penjualan saham dan obligasi di pasar modal dalam negeri,
tetapi dapat pula berasal dari penanaman modal asing, pinjaman luar negeri,
ataupun surat-surat berharga yang dibeli oleh investor asing.
Keterbukaan
ekonomi suatu negara akan membawa konsekuensi pada perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi makro,
termasuk kebijakan moneter. Hal ini mengingat semakin besar transaksi
perdagangan dan keuangan internasional
yang dilakukan oleh suatu negara, maka
semakin besar pula aliran dana luar negeri yang masuk dan keluar dari negara
yang bersangkutan. Mekanisme dan besarnya pengaruh aliran dana luar negeri
tersebut akan dipengarui oleh sistem nilai tukar dan sistem devisa yang dianut
negarayang bersangkutan.
a.
Sistem
nilai tukar
Nilai tukar
suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar,
yaitu (1) fixed exchange rate ‘ sistem nilai tukar tetap’ (2) managed floating exchange rate ‘ sistem nilai
tukar mengambang terkendali’ dan (3) floating exchange rate’ sistem nilai tukar
mengambang’ pada sistem nilai tukar tetap nilai tukar atau kurs suatu mata uang
terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu.
Pada
sistem nilai tukar mengembang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan
kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai
tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan, dan
sebaliknya nilai tukar melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas
penawaran yang ada dipasar valuta asing. Bank sentral dapat saja melakukan
investasi di asar valuta asing yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi
kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran
untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebih dipasar. Akan tetapi
investasi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar
tertentu atau dalam kiasaran tertentu.
Sistem
nilai tukar mengembang terkendali merupakan sistem yang berada diantara kedua
nilai sistem diatas. Dalam sistem nilai tukar ini bank sentral menetapkan batas
suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut investion band
batas pita intervensi. Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar
sepanjang berada didalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai
tukar menembus batas atas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral otomatis
melakukan investasi di pasar valuta asing hingga bnilai tukar bergerak kembali
kearah pita intervesi.
b.
Sistem
devisa
Devisa merupakan
aset keuangan yang digunakan dalam transaksi internasional. Penerapan sistem
devisa dalam suatu negara ditunjukan untuk mengatuar pergerakan lalu lintas
devisa antara penduduk dan bukan penduduk dari suatu negara ke negara lain.
Pada dasarnya ada tiga sistem devisa yaitu : (i) sistem devisa terkontrol, (ii)
sistem devisa semiterkontrol. Dan (iii)
sistem devisa bebas. Pemilihan sistem devisa mana yang dianut akan tergantung
pada kondisi negara yang bersangkutan.
Pada sistem
devisa terkontrol, devisa pada dasarnya dimiliki oleh negara. Karena itu setiap
perolehan devisa oleh masyarakat harus diserahkan oleh kepada negara dan setiap
penggunaan devisa harus memperoleh izin dari negara. Pada sistem devisa
semiterkontrol kewajiban menyerahkan dan izin dari negara diterapkan untuk
perolehan dan penggunaan devisa-devisa tertentu secara jenis devisalainnya
dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan.
c.
Sistem nilai tukar,sistem devisa dan kewajiban
moneter
Pada
dasarnya,pemilihan sistem nilai tukar dan sistem devisa sertaindependensi
kewajiban moneter dari pengaruh pengembangan luar negeri merupakan tiga isu
strategis dalam perumusan dan pelaksanaan kewajiban moneter dalam perekonomian
terbuka.umumnya dalam hal diterapkan sistem devisa terkontrol maka mobilitas
aliran dana dari dan keluar negeri cenderung terkendali sehingga
dampaknyaterhadap perkembangan jumlah uang beredar didalam negeri juga relatif
toidak besar.
Seberapa jauh
kemampuan kebijakan moneter dalam mengatasi pengaruh aliran dana luar negeri
terebut akan dipengarui oleh sistem nilai tukar yang dianut. Apabila suatu
negar menerapkan niali tukar tetap maka kebijakan moneter harus diarahkan untuk
mempertahankan nilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan. Sebaliknya
apabila suatu negara menerapkan sistem nilai tukar dipasar. Oleh karena itu
kebijakan moneter dapat lebih diindependen untuk difokuskan pada pengandalian
jumlah uang yang beredar dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi
di dalam negri.
4.
Kerangka
Strategi Kebijakan Moneter
Kerangka
strategi kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penerapan tujuan akhir
kebijakan moneter dan strategi untuk pencapaiannya. Dalam kaitanya dengan ini,
seperti yang dijelaskan sebelumnya, tujuan akhir yang ingin dicapai oleh
kebijakan moneter dan memberikan konstribusi ptimal dalam pencapain stabilitas
ekonomi makro secara keseluruhan penciptaan kesempatan kerja.
Menyadari
kontradisi mencapai sasaran tersebut, bank sentral dihadapkan pada dua
alternatif. Pilihan pertama adalah memilih satu sasaran lainya misalnya memili
pencapaian tingkan inflasi yang relatif rendah dengan mengabaikan pertumbuhan
ekonomi khususnya dalam jangka pendek. Pilihan yang kedua adalah semua sasaran
yang diharuskan untuk dicapai, tapi tidak ada yang dapat dicapai secara optimal
misalnya, mencapai tingkat inflasi yang tidak terlalu rendah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sedikit lebih tinggi.
a.
Penargetan
nilai tukar
Strategi
kebijakan moneter dengan pernargetan nilai tukar mendasarkan pada keyakinan
bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya terhadap sasaran
pencapaian akhir kebijakan moneter. Umumnya strategi ini ditempuh oleh
negara-negara yang perekonomian relatif kecil tetapi sangat terbuka seperti
Singapura dan Belanda. Dalam pelaksanaannya tiga alternatif yang dapat
ditempuh. Pertama dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga
komoditas tertentu yang diakui secara internasional, seperti emas. Ke dua
dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-negara
besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah. Ketiga dengan menyesuaikan mata
uang domestik terhadap mata uang negara tertentu ketika perubahan nilai mata
uang diperkenakan sejalan dengan perbedaan laju inflasi diantara kedua negara
Di samping
kelebihan-kelebihan diatas penerapan strategi ini juga mengalami perubahan
sebagai berikut. Pertama penargetan nilai tukar dalam kondisi ketika
perekonomian suatu negara sangat terbuka dan mobilitas dana keluar negeri
sangat penting akan menghilangkan independensi kebijakan moneter domestikdari
pengaruh luar negeri tersebut, kedua penargetan nilai tukar dapatmenyebabkan
setiap gejolak struktual yang terjadi di negara lain akan ditransmisikan atau
berdampak secara langsung pada stabilitas perekonomian domestik.
b.
Penargetan
besaran moneter
Pada banyak
negara penargetan nilai tukar bukan menjadi pilihan utama dari strategi
kebijakanmoneternya karena tidak ada suatu negara yang mata uangnya secara
menyakinkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penatapan strategi kebijakan
oleh negara lain.untuk itu beberapa negara lebih memilih penargetan besaran
moneter, yaitu dengan menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai
sasaran antara misalnya, uang beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti
luas (M2) serta kredit. Sebagai mana penargetan nilai tukar penargetan besaran
moneter memungkinkan masyarakat segera mengetahui stance ‘arah’ kebijakan
moneter yang ditempuh oleh bank sentral.sinyal tersebut diharapkan dapat
mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi yang akan terjadiserta
mengurangi tekanan inflasi.strategi ini sangat bergantung pada kestabilan
hubunagn antarbesaran moneter dengan
sasaran akhir kebijakan.maka kestabilan hubungan tersebut menjadi
terganggu,seperti tercermin pada ketidak stabilan income velocity ‘tingkat perputaran
uang dalam ekonomi’. Hal ini antara lain yang menjadi alasan mengapa bank
sentral tidak menerapkan strategi ini dengan kaku. Atau bahkan meniggalkan
strategi ini.
c.
Penargetan
inflasi
Dengan melemahnya hubungan antara
besaran moneter dan sasaran akhir dari kebijakan moneter,banyak negara mulai
mengadopsi penargetan inflansi dalam pelaksanaan kebijakan moneter penargetan
inflansi dilakukan dengan mengumumkan kepada publik mengenai target inflansi
jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai stabilitas harga
sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter. Untuk mencapai sasaran
inflansi tersebut, strategi ini mendasarkan pada satu indikator saja, misalnya
nilai tukar atau uang beredar saja, tetapi mengevaluasi berbagai indikator kunci
dn releven untuk perumusan kebijakan moneter yang diutamakan adalah pencapaian
sasarn akhir inflasidan bukan pencapaian
sasaran antara sseperti uang beredar atau nilai tukar. Walaupun
penargetan dilakukan pada inflasistrategi ini tidak mengabaikan pencapaian
tujuan kebijakan moneter lainnya seperti perkembangan output dan sekempatan
kerja. Dalam hal ini bank sentralsenantiasa berupaya untuk memperhitungkan
stabilitas perkembangan output dan kesempatan kerja (pada tingkat
tertentu)selain itu dalam rangka meminimumkam penurunanperkembangan output bank
sentral melakukan penyesuaian secara bertahap sasaran inflasi jangka pendek
menuju ke arah pencapaian sasaran laju inflasi jangka menengah panjang yang
lebih rendah.
d.
Strategi
kebijakan moneter tanpa “jangkar” yang tegas
Dalam rangka
mencapai kinerja perekonomian yang memuaskan seperti inflasi yang rendah dan
stabil serta pertumbuhan ekonomi yang sehat, beberapa negara lebih memilih
strategikebijakan moneter tanpa mengungkapkan penargetan secara tegas. Akan tetapi
bank sentral tersebut tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk mencapai
tujuan akhir kebijakan moneter. Sebagai salah satu contoh adalah bank sentral
Amerika Serikat yang tidak menyebutkan secara tegas mengenai jangka nominal
yang digunakan.
Walaupun di
Amerika Serikat strategi ini telah berhasil, strategi ini di anggap kurang
terbuka/transparan sehingga masyarakat cenderung mereka-reka maksud dan tujuan
kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral.
5.
Alat
/Instrumen kebijakan bank sentral
Kebijakan
moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank
sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit yang pada
giliranya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan
moneter, terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja neraca pembayaran internasional yang seimbang. Kalau kestabilan dalam
kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pada dasarnya instrumen/alat kebijakan yang
dipakai adalah pertama, instrumen yang umum, meliputi politi pasaran
terbuka(open market), politik cadangan minuman (reserves requirements) dan
politik diskonto (discount policy), kedua, instrumen yang selektif, melipurti
margin requirements, pembatasan/penentuan tingkat bunga yang keseuanya ini
untuk mempengaruhi alokasi kredit unuk sektor-sektor ekonomi tertentu; dan
ketiga adalah instrumen yang sering disebut dengan moral suason atau open mouth
policy. Disamping itu, penentuan tingkat bunga, pengaturan sistem perbankan
serta devaluasi termasuk juga dalam instrumen kebijakan moneter.
·
Politik pasar terbuka
Meliputi
tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan
ini akan berpengaruh : pertama, menaikan cadangan bank-bank umum yang
tersangkut dalam transaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga tersebut, yang
ada pada bank sentral. Akibat tambahannya cadangan, maka bank umum pada
menambah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Kedua, tindakan
pembelian/penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian
juga tingkat bunga) surat berharga. Akibatnya, tingkat bunga umum juga akan
berpengaruh.
·
Politik diskonto
Tindakan
untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal
meminjam dana dari bank sentral. Dengan menaikan diskonton, maka ongkos pnjaman
dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank untuk
meminjam. Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan/dikurangi.di negara
yang sudah maju, politik diskonto ini juga mempunyai efek pengumuman
(announncement effect), yakni efek yang ditimbulkan dari adanya pengumuman
(melalui mass media)
Tentang
tingkat diskonto. Penguman ini akan di pakai oleh masyarakat sebagai indikasi
ketat tidaknya kebijakan moneter pemerintah.
·
Politik perubahan
cadangan minimum
Seperti
yang telah dijelaskan di depan (dalam proses penciptaan kredit) bahwa perubahan
cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Apabila ketentuan
cadangan minimum diturunkan, jumlah uaang beredar cenderung naik, dan
sebenarnya kalau dinaikan jumlah uang akan cenderung turun. Digunakan untuk membatasi penggunaan kredit
untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga (yang biasanya bersifat
spekulasi). Caranya dengan menetapkan jumlah minimum kas down payment untuk
transaksi surat berharga. Misalnya, ditentukan margin requirement 80% artinya
apabila seseoranghendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan
kas dan baru sisanya (20%) boleh dipinjam dari bank.
·
Moral suasion
Dimaksudkan
untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang bergerak di bidang
moneter dengan pidato-pidato Gubernur Bank Sentral, atau publikasi-publikasi,
agar supaya bersikap seperti yang dikehendaki oleh penguasa moneter.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bank sentral
memiliki peran yang strategis dalam mendukung perkembangan perekonomian suatu
negara. Hal ini mengingat tugas-tugas bank sentral pada umumnya mencakup
perumusan-perumusan kebijakan moneter dan pengaturan dan pengawasan perbankkan
dan melaksanakan sistem pembayaran.
Dengan tugas ini
kebijakan yang ditempuh bank sentral berpengaruh langsung terhadap peredaran
uang dan suku bunga dalam perekonomian, operasi dan perbankan, yang pada giliranya
mempengaruhi tidaknya perkembangan sektor keuangan tetapi juga ekonomi, inflasi
dan kesejateraan masyarakat.
Comments
Post a Comment