Pendekatan Pembelajaran, Pendekatan Metode, Pendekatan Struktural dan Teknik Pembelajaran dalam Proses Pendidikan
MAKALAH
Pendekatan Pembelajaran, Pendekatan Metode, Pendekatan
Struktural dan Teknik Pembelajaran dalam
Proses Pendidikan
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Belajar
dan Pembelajaran”
Yang dibina
oleh M. Zaini
Di susun
oleh: Muhammad
Ardi Abdillah
Yopita A
Agustinus Bani Ate
Suci
Alfian
Katarina
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIOR
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU EKONOMI DAN WIRAUSAHA
IKIP BUDI UTOMO MALANG
2012
Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami Dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Belajar dan Pembelajaran”
yang diajar oleh M. Zaini. Makalah ini kami susun dengan sungguh-sungguh. Banyak
rintangan yang kami lewati, Baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun yaang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan teman-teman. Amin.
Malang,
29-3-2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar…………………………………………………………………………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB
I PENDAHULUAN
Latar
Belakang............................................................................................................
Rumusan
Masalah.......................................................................................................
Tujuan
Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
A.
(Cara belajar siswa aktif)
CBSA..........................................................................................
2.1 Pengertian pendekatan
CBSA.........................................................................................
2.2 Dasar-dasar pemikiran
pendekatan CBSA......................................................................
2.3
Hakikat Pendekatan
CBSA..............................................................................................
2.4 Prinsip-Prinsip
Pendekatan CBSA....................................................................................
2.5
Rambu-Rambu Pendekatan CBSA………………………………………………………………………………..
B.
Pendekatan CBSA dalam pembelajaran………………………….………………………………………………
PENDEKATAN METODE
2.1 Metode Eja/Bunyi……………………………………………………………………………………………………….
2.2 Metode Global…………………………………………………………………………………………………………
2.3 Metode SAS……………………………………………………………………………………………………………..
TEKNIK PEMBELAJARAN
PENDEKATAN STRUKTURAL
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Jika kita tinjau perkembangan dan pertumbuhan seseorang, maka
makin jelaslah bahwa hidup seseorang didalam lingkungan yang berbudaya itu
merupakan suatu perjuangan dari seseorang untuk hidup dengan hak azasi
manusiawi dalam menyatakan dirinya, mahkluk yang berkehendak berdiri sendiri
.makin aktif ia berikan konstribusi dalam lingkungan sosialnya, makin ia
menjalin ikatan dan menerima norma dari lingkungan, makin meningkatatkan
aspirasi-aspirasi dalam mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-citanya
dalam mewujudkan dirinya (self actualozation), mengacu kepada kemandirian.
Manusia hidup antara dua kutub existensi, sosial
(lingkungan) dan kutub existensi individu, yang satu dengan yang lain saling
terjalin dalam dirinya (idividualisasi dan sosialisasi). Pada satu pihak ia
berhak mengemukakan dirinya atau kutub existensi individual ingin dihargai dan
diakui, tetapi pada pihak lain ia harus menyesuaikan diri pada
ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat, didalam lingkungan
sosialnya (kutub existensi sosial). Bila antar kedua kutub ini ada
keseimbangan, maka ia akan mencapai suatu kondisi mental sehat, tetapi bukan
semata-mata keseimbangan inilah yang merupakan makna hidup. Pada umumnya
manusia beraspirasi dan dalam mewujudkan aspirasi itu ada suatu jarak yang
ditempuh oleh setiap orang, yaitu jarak potensi yang dimiliki dan apa yang
ingin dicapainya, jarak antara mengenal diri sebagai mana ia adanya
,prestasinya (konsep diri) dan sebagaimana ia ingin menjadi.
Mendidik pada hakikanya merupakan bantuan untuk
mencapai perkembangan dalam mewujudkan dirinya, tanpa mengabaikan kepentingan
lingkunganya dalam perkembangan tersebut seperti tercentus di dalam perumusan
GBHN yang bertolak dari UUD 45 dalam kehidupan pancasila maka manusia indonesia
seutuhnya mencakup kemandirian dan kemampuan untuk ikut bertanggungjawab
terhadap pembangunan bangsanya. Ini berati bahwa cara-cara pemberian informasi
itu dan suasana interaksi itu berlangsung lebih penting daripada informasi itu
sendiri.disinilah proses menjadi sarana tidak saja meningkatakan cara belajar
siswa aktif.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana dan
begitu singkat ini memberi penjelasan yang mudah dicerna bagi pembaca maupun
untuk penulis sendiri.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang di
maksud dengan CBSA?
2.
Bagaimana
prinsip-prinsip CBSA?
3.
Bagaimana
pendekatan CBSA dalam pembelajaran?
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memahami CBSA dan arti pentingnya.
2.
Untuk mengetahui proses CBSA dalam proses pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
A. CBSA
(CARA BELAJAR SISWA AKTIF)
2.1 Pengertian Pendekatan CBSA
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah
pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang
dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis
seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional
dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru
dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional.
Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian
pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan
Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang
anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan
maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang
dipelajari.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan
CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses
mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik.
Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL)
dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas
pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para
pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama.
2.2 Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan
CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam
kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali”
atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji
alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan
usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
a.
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau
kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian
pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa
baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga
pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar
mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang
harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan
belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta
baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak,
bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam
hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki
kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
b.
Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan
belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar
menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran
atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang
bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin
tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan.
Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar
berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
c.
Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara
bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud
balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar
dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara
efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan
tes sumatif.
d.
Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat
prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar
menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung
jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi
pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri,
pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan
kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan
secara praktik.
2.3 Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau
kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk
merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat
menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang
dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa
belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan
intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya:
a.
Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan
b.
Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan
c.
Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja
terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga
terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan
kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan
mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi
instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan
efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi
bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai
suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat
tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
2.4 Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang
mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat
keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional
maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a.
Dimensi subjek didik :
Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat
serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya
dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu
mengeluarkani pendapat.
Keberanian untuk mencari kesempatan untuk
berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses
belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi
terwujud bila guru bersikap demokratis.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan
belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang
dirancang oleh guru.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan
belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang
dirancang oleh guru.
Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa
merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b.
Dimensi Guru
Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam
meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses
belajar-mengajar.
Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya
sebagai inovator dan motivator.
Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses
belajar-mengajar.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis
strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan
menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c.
Dimensi Program
Tujuan instruksional, konsep serta materi
pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu
hal yang sangat penting diperhatikan guru.
Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan
konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan
situasi dan kondisi.
d.
Dimensi situasi belajar-mengajar
Situasi belajar yang
menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun
antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar. Adanya
suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
2.5 Rambu-Rambu Pendekatan CBSA
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah
perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling
rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan
tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat
dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai
ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar
CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar
CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun
kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
a.
Berdasarkan pengelompokan siswa
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru
harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi
yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang
lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu,
keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang
berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
b.
Berdasarkan kecepatan Masing-Masing siswa
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi
kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk
belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang,
akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi
belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
c.
Pengelompokan berdasarkan kemampuan
Pengelompokan yang homogin dan didasarkan pada
kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan
tertentu, siswa harus dijadikan satu kelompok maka hal ini mudah dilaksanakan.
Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling
teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
d.
Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat
Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada
siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya
terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau
permasalahan yang akan dikerjakan.
e.
Berdasarkan domein-domein tujuan
Strategi belajar-mengajar berdasarkan
domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein
ialah:
a) Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek
cipta.
b) Domein afektif, aspek sikap.
c) Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.
2) Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan
ialah:
a) Keterampilan intelektual.
b) Strategi kognitif.
c) Informasi verbal.
d) Keterampilan motorik.
e) Sikap dan nilai.
CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar
mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Dalam mengkaji ke-CBSA-an
dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar, Ausubel mengemukakan dua dimensi,
yaitu kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar dan modus kegiatan
belajar mengajar. Ausubel mengecam pendapat yang menganggap bahwa kegiatan
belajar mengajar dengan modus ekspositorik, misalnya dalam bentuk ceramah mesti
kurang bermakna bagi siwa dan sebaliknya kegiatan belajar mengajar dengan modus
discovery dianggap selalu bermakna secara optimal. Menurutnya kedua dimensi
yang dikemukakan adalah independen, sehingga mungkin saja terjadi pengalaman
belajar mengajar dengan modus ekspositorik sangat bermakna dan sebaliknya
mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus discovery tetapi
tanpa sepenuhnya dimengerti oleh siswa. Yang penting adalah terjadinya
asimilasi kognitif pengalaman belajar itu sendiri oleh siswa.
B. PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara
mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode
mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal
dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka
dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya,
“Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut
“method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan
bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah
“cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”.
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah
pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan*kata “approach” yang
dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis
seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional
dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar.
lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional.
Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian
pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan
Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang
anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan
maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Keduanya tidak menyukai
pendekatan-pendekatan psikologis yang
lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan
mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
A. Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan CBSA ?
Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut
Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya
kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum
terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan
di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
B. Dasar-Dasar Pemikiran CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam
kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau
proses pemantapan konsep CBSA
yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji
alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha
peningkatan CBSA Dasar dan alasan usaha
peningkatan CBSA Secara rasional adalah sebagai berikut:
1.
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau
kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara
demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat
diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut
juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses
belajar mengajar mengalami perubahan.
Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang
harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan
belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta
baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak,
bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam
bubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki
kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
2.
Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan
belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar
menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusara
atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang
bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin
tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan.
Pengalaman belajar akan member!
kesempatan untuk rnelakukan proses belajar
berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran
3.
Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara
bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan member! Peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud
balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar
dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera
diperbaiki. Jadi, CBSA member! alasan untuk dilaksanakan penilaian secara
efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan
tes sumatif.
4.
Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat
prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar
menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung
jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi
pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri,
pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan
kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan
secara praktik.
PENDEKATAN METODE
Bagi siswa kelas rendah (I dan II),
penting sekali guru menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan
berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode
eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS.
A.
Metode
Eja/bunyi
Metode
eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri
dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf
atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara
memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
B.
Pendekatan
Global
Metode global adalah metode yang
melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang
ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.”
Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara
belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada
pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan
menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi
kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi
huruf.
C.
Metode SAS
Metode SAS. Menurut A.S. Broto
khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas
permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai
bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai
langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan
keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya
bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat;
bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya;
(1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan
jawab suatu masalah. Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat
global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin
tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai
kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kahmat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Metode pembelajaran di atas dapat
diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan
memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa.
Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode
pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
- Dapat
menyenangkan siswa
- Tidak
menyulitkan siswa untuk menyerapnya
- Bila
dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
- Tidak memerlukan
fasilitas dan sarana yang lebih rumit
TEKNIK
PEMBELAJARAN
Teknik merancang pembelajaran :
1. Identifikasi Tujuan (Identity Instruyctional Goals). Tahap awal model ini
adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika
mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran
mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar
tujuan sebagai hasil need assesment., atau dari pengalaman praktek dengan
kesulitan belajar siswa di dalam kelas.
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a goal Analysis). Setelah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar
yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan
yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan
carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan
keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/ Karakteristik Siswa (Identity Entry
Behaviours, Characteristic) Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu
dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa
saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah
karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan
aktivitas-aktivitas pengajaran
4. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives) Berdasarkan analisis
instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan
dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran.
5. Pengembangan Tes Acuan Patokan (developing criterian-referenced test items).
Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan,
pengebangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang
diperkirakan dalam tujuan
6. Pengembangan strategi Pengajaran (develop instructional strategy). Informasi
dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas
preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang
dilakukan lewat aktivitas.
7. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (develop and select instructional
materials). Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan
pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan
guru.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (design and conduct formative
evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan
untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran.
9. Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation). Hasil-hasil
pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/
diimplementasikan di kelas.
10. Revisi Pengajaran (instructional revitions). Tahap ini mengulangi siklus
pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari
pakar/validator.
PENDEKATAN STRUKTURAL
Pendekatan struktural merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Pembelajaran diawali dengan pengajuan
pertanyaan oleh guru dan meminta siswa untuk memikirkan jawabannya secara
individu. Kemudian secara berpasangan, siswa mendiskusikan hasil pemikirannya
untuk menemukan jawaban paling benar. Setelah itu beberapa pasangan berbagi
dengan seluruh kelas tentang apa yang mereka diskusikan
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian
pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan
pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif pada dasarnya adalah
melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruvistik terhadap
pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntun azas “tut wuri handayani”
pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakrsa
dan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat. Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional.
Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya
perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia masyarakat dan
masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.
Daftar Pustaka
Strategi belajar mengajar, Drs H. Abu Ahmady- Drs Joko
Tri, CV. Pustaka Setia 1999
Kurikulum dan pembelajaran, Dr Oemah hamalik, Bumi
Aksara 2001
Ilmu pendidikan, Drs M.Ngaim Purwanto, PT
Remaja Rosdakarya Bandung
Dasar – dasar Metedologi
pengajaran umum, Drs Suprihadi Saputro, IKIP Malang 1993
Belajar dan pembelejaran, Dimyati, Mudjiono, Rineka
cipta 2009
Depdiknas. 2000. Metodik Khusus
Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Dikdasmen.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah.
1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta:
PT Rosda Jayaputra.
Comments
Post a Comment